Element dasar dan prinsip penyusunan seni rupa dan Desain serrta teori pendukung
Pendidikan seni rupa dan desain sekarang ini ada dalam posisi yang kritis, jika yang diajarkan kepada murid dalam kegiatan dasar-dasar seni rupa dan desain hanya untuk berekspresi rekreasi dan estetika. Pada hal dasar-dasar pengetahuan ilmu seni rupa dan desain adalah basis dari industri negara maju.Untuk mengetahui lebih lanjut bisa ditelusuri dari buku (1) Design and Technology in the Primary School: Case Studies for Teachers atau buku Callaway,Gloria, Teaching Art and Design Primary Scholl , atau YvonneGaudelius, Peg Speirs,Contemporary issues in art education, Sebenarnya, ada bagian-bagian dari pembelajaran seni rupa yang logis dan menyadarkan anak-anak tentang lingkungan (benda, rumah, alam dsb) dan hal ini tidak selalu ada hubungannya dengan estetik dan profesi (seniman), dan atau ketrampilan. Sementara itu kita masih berdebat apakah pelajaran seni rupa itu akan menjadikan anak didik menjadi seniman (mungkin sebuah profesi yang tidak jelas) Lihat artikel (1), artikel (2), dan artikel (3) atau ini (4). Penekanan estetika di pelajaran nirmana pada seni dan desain itu sangat labil dan relatif.
Anak-anak saat melihat seekor ayam, hanya dapat melihat beberapa elemen saja, misalnya paruh, sayap, ekor dan kaki, walaupun disuruh berjam-jam untuk melihat ayam, dia tidak akan melihat adanya sisik, kelenjar minyak, tembolok dan sebagainya. Hanya orang dewasa yang telah melihat/mempelajari lebih banyak tentang ayam saja yang dapat menjelaskan “elemen” ayam secara detil.
Pendidikan seni rupa dan desain memang bisa bertukar arah, hal ini bukan hanya tergantung niat pelaksana pendidikan, tetapi juga di dalam materi/substansi pengetahuannya bisa berbeda. Misalnya pengetahuan tetang dasar/elemen seni rupa. Umumnya kajian tentang elemen seni, seni rupa maupun prinsip penyusunannya bisa rancu. Lihat saja karangan tentang ini maupun buku standar yang dikeluarkan oleh PDK RI, kemudian isi mata kuliah yang disebut Nirmana Datar, Nirmana Ruang, Rupa Dasar, Seni Rupa, Dasar Visual dan sebagainya. Kenapa membingungkan? Apa artinya Nirmana ? Apakah dari bahasa Sangsekerta ? Istilah ini sebenarnya muncul dari Bandung sekitar tahun 70-an, yang kemudian menyebar ke Tri Sakti, Gunadharma, ISI Jogya dsb, sampai-sampai Uji Kompetensi sertifikasi untuk Seni Rupa Guru SMK/MAK dan Seni Budaya SMP/SMA /SMK untuk tahun 2012 masih menganggap ilmu/istilah ini adalah dasar bagi pelajaran seni rupa dan desain sebagai pengganti kata desain dua dan tiga dimensi karangan Wucius Wong (dosen dari Hongkong) yang mungkin kurang tepat. Tetapi apakah istilah nirmana ini benar? Uraian di bawah mungkin dapat meluruskan atau justru mengacaukan atau memperumit masalah ini.
Catatan
Asal-usul kata Nirmana (bhs.sangsekerta)
1) nir : tidak, bebas;
Contoh:
niradara: tidak dengan sopan, kurang ajar; nirantara: tidak berapa lama lewat, sebentar; nirasa : tidak enak, tak ada rasanya; nirsraya: melajang, tidak kawin, membujang; nirbawa: tak berwibawa; nirbaya: tidak bahagia; nirbaya, nirbita : lepas dari mara bahaya; nirdaya: hilang tenaga; nirdon: tiada hasilnya, gagal, urung, tak berguna; nirmala: selamat, lepas dari kecelakaan; nirwèsthi: tidak takut bahaya; nirwikara: tak berubah, tabah, berani
2)mana : angan-angan, hati; manaduganda: menyetujui, memuji; manadukara : menyetujui, memuji; manakawan: menjadi abdi, pengiring; manasija: cinta, kekasih; manasika : menganiaya; manastapa: berduka cita; manasuka: siapa yang suka; mana wibawa: sombong
Nirmana = bebas mengungkapkan angan-angan. berarti sesuatu yang kudapat dari inderaku lalu kulepaskan lagi dalam jalur kata-kata
Nirmana Datar = bebas mengungkapkan angan-angan di atas bidang datar, nirmana ruang = bebas mengungkapkan angan-angan di dalam ruang.1)
Timbul pertanyaan, apakah istilah "bebas berangan-angan" cocok dengan istilah desain yang artinya rancangan atau merancang ? Misalnya rancangan dua dimensi dan desain tiga dimensi seperti yang terdapat dalam bukuWucius Wong Principles of Two-Dimensional Design dan Principles of Three-Dimensional Design. Rasanya tidak. Bukan berarti dalam merencang itu tidak bebas berkreasi, tetapi kedua perkataan ini antara nirmana dengan desain itu dapat berbeda maksudnya.
Persepsi manusia terhadap unsur bentuk yang terkecil
Cara pandang ilmu seni dan desain yang visual, umumnya melihat secara Gestalt, yaitu melihat elemen kemudian menyatukannya menjadi satu, kesatuan itu yang disebutnya bentuk atau karya. dari cara pandang ini bisa juga disebut dengan cara pandang konvergensi. Semua bidang aliran seni yang berbeda-beda cara pandangnya sama setuju dengan pendapat ini. Namun yang bermasalah jika sebaliknya, yaitu dalam hal memecah sesuatu yang bersifat visual menjadi elemen-elemen, atau cara pandang divergensi.
Unsur atau bisa juga disebut elemen visual yang dikaji itu, adalah cara manusia melihat (mempersepsi) bagian terkecil dari karya seni dan desain. Dan karena persepsi ahli atau bidang yang berbeda dapat berbeda, tafsirannya juga berlainan. Secara alamiah memang terdapat perbedaan persepsi setiap orang, misalnya makin banyak pengetahuannya tentang yang dilihatnya, berarti makin banyak elemen yang dilihatnya. Jadi ada hubungan antara “melihat dan mengetahui”.
Cara pandang ilmu seni dan desain yang visual, umumnya melihat secara Gestalt, yaitu melihat elemen kemudian menyatukannya menjadi satu, kesatuan itu yang disebutnya bentuk atau karya. dari cara pandang ini bisa juga disebut dengan cara pandang konvergensi. Semua bidang aliran seni yang berbeda-beda cara pandangnya sama setuju dengan pendapat ini. Namun yang bermasalah jika sebaliknya, yaitu dalam hal memecah sesuatu yang bersifat visual menjadi elemen-elemen, atau cara pandang divergensi.
Unsur atau bisa juga disebut elemen visual yang dikaji itu, adalah cara manusia melihat (mempersepsi) bagian terkecil dari karya seni dan desain. Dan karena persepsi ahli atau bidang yang berbeda dapat berbeda, tafsirannya juga berlainan. Secara alamiah memang terdapat perbedaan persepsi setiap orang, misalnya makin banyak pengetahuannya tentang yang dilihatnya, berarti makin banyak elemen yang dilihatnya. Jadi ada hubungan antara “melihat dan mengetahui”.
Hal yang sama juga berlaku dalam melihat sesuatu misalnya seorang mahasiswa yang baru belajar tentang seni lukis, berjam-jam jika disuruh untuk menjelaskan adanya “massa” di dalam karya lukis tidak akan berhasil. Kebanyakan kita salah dalam menafsirkan “kebutaan” orang terhadap seni. Hanya orang yang terlatih dan berpengetahuan luas yang dapat menjelaskan elemen seni secara detail. Oleh karena itu kita masuk ke uraian elemen dasar seni rupa yang dapat diamati.[1]
Salah satu prinsip untuk memahami seni rupa yaitu, semakin banyak elemen dasar seni rupa yang dapat diceritakan maka semakin kaya kosa kata seni yang dapat diungkapkan melalui kata-kata. Kemampuan mengungkapkan kosa kata seni visual ini hanya dapat diperoleh pada orang-orang yang memahami bagaimana cara mengungkapkan elemen –elemen seni rupa yang dilihatnya melalui kata-kata. Uraian di bawah ini dapat membuktikan hal itu itu.
Sebagai contoh, menurut Rathus (1994) seorang ahli seni melihat elemen karya seni itu lebih banyak lagi (ada 15 buah). Diantara elemen yang dapat dilihat itu diperincinya sebagai berikut ini. lihat buku (Rathus, Louis Fichner. 1994. Understanding Art, New Yersey: Englwood Cliffs, Prentice Hall, Inc)
Sebagai contoh, menurut Rathus (1994) seorang ahli seni melihat elemen karya seni itu lebih banyak lagi (ada 15 buah). Diantara elemen yang dapat dilihat itu diperincinya sebagai berikut ini. lihat buku (Rathus, Louis Fichner. 1994. Understanding Art, New Yersey: Englwood Cliffs, Prentice Hall, Inc)
- Garis
- Rupa (Bentuk)
- Warna dan Cahaya (Sinar)
- Karakter dan atau Perlambangan Warna
- Dimensi Psikologis Warna
- Warna Komplementer versus Analogus
- Warna Pigmen lawan Warna Optik
- Tekstur
- Massa
- Ruang
- Tumpang-Tindih bentuk
- Ukuran Relatif dan Perspektif Linear
- Perspektif Atmosfir
- Waktu dan Gerak
Dan coba bandingkan pula dengan apa yang disebut elemen seni rupa oleh Jirousek,Charlotte, 1995. dalam blognya Art design and visual thinking (1995), dia menyebut elemen desain sebagai elemen dasar seni rupa yaitu berikut ini.
- Point
- Line
- Form, shape and space
- Movement
- Color
- Pattern
- Texture
Coba bandingkan dengan link ke Quizlet ini (klik kanan untuk ke tab baru)
Coba bandingkan elemen yang dimaksud Rathus di atas dengan tabel elemen dasar seni rupa yang hanya ada enam 6 (enam buah).di bawah ini
Tabel Elemen Dasar Seni Tari, Musik, Teater dan Seni Rupa serta Prinsip Penyusunannya
Tari
|
Seni Musik
|
Seni Teater
|
Seni Rupa
|
• energi / kekuatan
• Ruang
• Waktu
|
• durasi
• intensitas
• lapangan
• timbre
|
• Skenario
• Naskah / teks • Setting desain
|
• warna
• Form / bentuk/ bidang
• garis
• Ruang
• tekstur
• nilai
|
Pada tabel di atas diperlihatkan 6 (enam) elemen dasar seni rupa, dan ternyata elemen ini bisa lebih banyak lagi. Kenapa banyak elemen yang dilihat oleh seseorang, tetapi bagi yang lain sedikit? Ternyata hal ini tergantung kepada cara pandang dan teori yang mendasarinya.
Untuk melihat beberapa perbedaan di dalam membahas masalah ini, coba bandingan beberapa konsep dan prinsip yang berlaku di Indonesia (tentang Nirmana Datar/Nirmana Ruang) dengan konsep lainnya seperti di bawah ini.
Untuk melihat beberapa perbedaan di dalam membahas masalah ini, coba bandingan beberapa konsep dan prinsip yang berlaku di Indonesia (tentang Nirmana Datar/Nirmana Ruang) dengan konsep lainnya seperti di bawah ini.
Teori Nirmana Datar dan Nirmana Ruang
|
Teori Pembangkit Bentuk (Form Generator) Wallscleider (1991),
| |
1
|
Melihat fenomena Rupa hanya sebagai bidang dan Ruang
|
Melihat sebuah rupa atau karya sebagaibentuk yang di bangkitkan (form generation/ form generator) dari pemecahan sesuatu masalah (problem solving)
|
2
|
Membagi unsur visual itu sebagai (unsur visual dua dimensi dan unsur visual tiga dimensi)
|
Membagi unsur visual itu sebagai (1)dasar unsur visual seperti (titik, garis dan bidang (plane) dengan (2)atribut visual (warna, raut (shape) tekstur, dimensi, proporsi, skala, nada, arah (direction), antropometri dan stabilitas visual
|
3
|
Karya hanya dilihat sebuah komposisi yang dihasilkan konsep estetik
|
Karya bukan dilahirkan semata oleh konsep estetik, tetapi juga oleh konsep dan aspek lain yang bekerja, misalnya aspek ekonomi, komunikasi, fungsi, struktur, material, dsb. yang disebut dengan aspek penentu (preskiptif)
|
4
|
Karya dilihat sebagai sebagai unity dan akibat prinsip komposisi dua dan tiga dimensi. Unity adalah akibat komposisi
|
Unity adalah karya itu sendiri yang berbeda-beda secara individual, misalnya lukisan, patung, keramik, arsitektur, furniture, poster, dsb. Uniti = unit karya
|
5 |
membatasi dimensi sampai 3 dimensi
|
Dapat sampai 4 dimensi, yaitu dimensi waktu, misalnya saat melihat bentuk bergerak dalam animasi
|
6 |
Melihat perubahan bentuk hanya sebagai gaya (style)
|
Melihat perubahan bentuk sebagai transformasi bentuk
|
Kosa kata Penting
| ||||
Elemen Dasar Visual
|
Atribut Elemen Dasar Visual
| |||
Bhs. Inggris
|
Bhs. Ind
|
Bhs. Inggris
|
Bhs. Ind
| |
Point
|
Titik
|
Tone
|
Nada
| |
Line
|
Garis
|
Shape
|
Raut/ujud
| |
Plane
|
Bidang
|
Texture
|
Tekstur
| |
Color
|
Warna
| |||
Direction
|
Arah
| |||
Dimension
|
Dimensi
| |||
Proportion
|
Proporsi
| |||
Scale
|
Skala
|
.
Kosa kata Penting Teori Desain Dua Dimensi dan Desain Tiga Dimensi Wucius Wong (1977)
| ||||
Elemen Dasar rupa dua Dimensi
|
Elemen Dasar Rupa Tiga Dimensi
| |||
Elemen
|
Keterangan
|
Keterangan
| ||
1
|
Unsur Konsep(dianggap abstrak)
|
Titik
|
Unsur Konsep
|
Titik
|
Garis
|
Garis
| |||
Bidang
|
Bidang
| |||
Gempal
|
Gempal
| |||
2
|
Unsur Rupa(dianggap ada)
|
Raut
|
Unsur Rupa
|
Raut
|
Ukuran
|
Ukuran
| |||
Warna
|
Warna
| |||
Barik
|
Barik
| |||
3
|
Unsur Pertalian
|
Kedudukan
|
Unsur Pertalian
|
Kedudukan
|
Arah
|
Arah
| |||
Ruang
|
Ruang
| |||
Gaya Berat
|
Gaya Berat
| |||
4
|
Unsur Peranan
|
Imba/ ikon, menyerupai bentuk alam
|
Unsur Ragang
| |
Pesan/ makna
| ||||
Tugas/fungsi
| ||||
5
|
Bentuk dan Desain
|
Unit Bentuk
| ||
Perulangan dan gradasi
| ||||
Teori Wallscleider, seyogyanya melengkapi teori Nirmana yang kurang lengkap, sebab penciptaan karya seni tidak sebatas pencarian aspek estetik saja
0 komentar:
Post a Comment