Desain Produk Dan Jasa Manajemen Operasional
2.1. DEFINISI PRODUK
Setiap
barang dan jasa yang masuk dalam fase perkenalan, dapat didefinisikan,
yaitu berdasarkan fungsinya, untuk apa produk atau jasa itu digunakan.
Perusahaan mendesain suatu produk dengan tujuan bagaimana meningkatkan
fungsi-fungsinya. Selanjutnya definisi suatu produk dilihat dari aspek
desain seperti warna, bentuk dan ukurannya yang dapat diterima oleh
pasar.
Gambaran
teknis (engineering drawing ) merupakan dimensi dan toleransi atas
bahan baku yang dibeli, atau bahan baku yang diproduksi yang dapat
dipergunakan sebagai komponen didalam proses produksi. Gambaran ini
merupakan standar kualitas atau mutu bahan baku yang menjadi komponen
yang akan dipakai dalam proses produksi.
Kartu
stok (Bill of Materials ) merupakan daftar dari tiap-tiap komponen
dengan uraiannya, jumlahnya dan berapa kebutuhan yang diperlukan untuk
memproduksi suatu barang. BOM merupakan dokumen yang dibuat berdasarkan
hasil desain produk dan menjadi dasar bagi manajer produksi untuk
melaksanakan proses produksi, sehingga proses produksi dapat
menghasilkan suatu produk yang sesuai dengan desain yang ditentukan
dalam pengembangan produk.
Suatu produk yang telah didesain untuk memproduksinya membutuhkan dokumen seperti berikut ini:
1.
Gambaran teknis assembling (assembly drawing), yang merupakan cara
pengelolahan suatu produk. Gambaran teknis biasanya merupakan gambaran
tiga dimensi, berupa gambaran isometrik (yang menggambarkan setiap
komponen dan cara penggabungannya).
2.
Urutan penggabungan komponen (chart assembling), merupakan bentuk
skematik bagaimana suatu produk di-assembling, dibeli komponennya atau
dikombinasikan, serta alur tiap komponen sesuai dengan subassembling
yang ada untuk menghasilkan suatu produk akhir.
3.
Daftar alir komponen (route sheet), merupakan aturan operasional untuk
mengassembling dan inspeksi kebutuhan untuk memproduksi suatu komponen
dengan bahan baku yang spesifik berdasarkan bill of materials.
4.
Order (work order) adalah instruksi untuk membuat sejumlah item produk
dan bagian-bagiannya yang dilengkapi dengan skedul pembuatannya.
5.
Pembertahuan perubahan teknik (engineering change notice), merupakan
koreksi teknik akibat modifikasi dari gambaran teknik atau bill of
materials.
6.
Sistem perencanaan produk (configuration management), merupakan sistem
dari perencanaan produk dan perubahan komponen yang secara akurat
dikenali dan dikendalikan secara akuntabilitas atas perubahan
pemeliharaannya.
2.2. Strategi Produk Dengan Keunggulan Bersaing
Strategi
produk disusun dengan melakukan seleksi atas keinginan pelanggan, baik
pelanggan tingkat lokal, regional maupun tingkat dunia yang sesuai
dengan acuan patokan (benchmarking) yang ditetapkan perusahaan.
Selanjutnya mendefinisikan produk yang akan dihasilkan ke dalam sistem
manajemen operasional dan implikasinya, dilanjutkan dengan membuat
desain produk yang akan diproduksi melalui manajemen operasional.
Sebagai
contoh; strategi Toyota yaitu merespons secara cepat perubahan
pelanggan. Desain produk mobil A di dalam industrinya dilakukan secara
cepat, di mana desain produk mobil A sudah harus mulai dikembangkan
sebelum umur desain A mencapai dua tahun, kemudian ditindaklanjuti
dengan penghentian produksi desain A pada tahun ketiga. Maksudnya bahwa
produk berdasarkan satu desain produksinya paling lama hanya tiga tahun,
sesudah itu sudah harus ada perubahan dengan menciptakan desain produk
baru.
Produk
jam tangan Seiko di desain dengan strategi multi desain, dan setiap
desain dikembangkan dengan tipe generasi seperti; untuk orang tua
(lelaki dan wanita), orang muda (teeneger’s), sampai untuk anak-anak
sekolah dasar (SD).
McDonalds
mendesain produk siap saji (fast food) dengan bahan dagung ayam yang
berdasarkan budaya tiap-tiap Negara adalah daging yang tidak haram,
seperti India, Indonesia, dan Malaysia, serta Timur Tengah. Selanjutnya
produk dikembangkan dengan pelengkap minuman ringan yang bervariasi.
2.3. Siklus Kehidupan Produk ( Product Life Cycle)
Product
Life Cycle (PLC) yang menggambarkan lahirnya suatu produk baru sampai
pada kematian suatu produk yang dikatakan sudah lama. Secara sederhana,
konsep ini menyatakan bahwa hampir semua produk baru yang ditawarkan
kepada masyarakat akan menjalani suatu siklus kehidupan yang terdiri
atas empat tahap dalam periode waktu terbatas. Tiap tahap dalam PLC,
membuka kesempatan-kesempatan baru dan menimbulkan masalah-masalah baru
bagi manajemen produksi. Bila diketahui kedudukan produk dalam siklus
kehidupannya, maka dapat dirumuskan rencana perbaikan desain dan
pengembangan produk yang lebih baik. Secara ringkas keempat tahap PLC
tersebut dapat diperinci sebagai berikut :
1. Tahap perkenalan (introduction)
2. Tahap pertumbuhan
3. Tahap kejenuhan
4. Tahap penurunan
2.4. Analisis Produk Berdasarkan Nilai
Manajer
operasi yang efektif memilih produk yang terlihat paling menjanjikan.
Ini merupakan prinsip Pareto (yakni, fokus pada permasalahan yang
sedikit tetapi penting, dan bukan pada permasalahan yang banyak tetapi
sepele) yang diterapkan pada bauran produk. Analisis produk berdasarkan
nilai (product by value analysis) mengurutkan produk secara menurun
berdasarkan kontribusi dollar individu masing-masing produk bagi
perusahaan. Analisis ini juga mengurutkan kontribusi dollar tahunan
total dari suatu produk. Kontribusi rendah perunit dari satu produk
tertentu mungkin akan terlihat sama sekali berbeda jika ia mewakili
sebagian besar penjualan perusahaan.
Laporan
produk berdasarkan nilai membuat manajemen dapat mengevaluasi strategi
yang mungkin untuk setiap produk. Hal ini mungkin meliputi penambahan
arus kas (sebagai contoh, peningkatan kontribusi dengan meningkatkan
harga jual atau menurunkan biaya), peningkatan total penerimaan dan
kelangsungan hidup perusahaan. Dalam kondisi persaingan modern,
perusahaan yang tidak melakukan usaha inovasi akan menghadapi risiko
lebih besar untuk kehilangan pasarnya. Konsumen dan industri pemakai
selalu menginginkan produk baru dan produk lebih “baik” yang dapat
meningkatkan pemenuhan kepuasan mereka.
Langkah-langkah yang diikuti dalam pengembangan produk baru terdiri atas lima langkah berikut ini
1. Pencarian gagasan
2. Seleksi produk
3. Desain produk pendahuluan
4. Pengujian (testing)
5. Desain akhir (final)
Bagi
perusahaan-perusahaan jasa, tahap desain akhir bersangkutan dengan
penetapan standar-standar dan prosedur-prosedur pelayanan. Sebagai
contoh, dalam kasus sebuah bank, standar waktu tunggu untuk berbagai
tipe pelayanan bank dapat ditentukan.
Pengembangan produk baru ini bukanlah pekerjaan yang mudah, karena adanya berbagai hambatan, diantaranya:
1.Kurangnya gagasan (idea) pengembangan produk baru yang baik
2.Kondisi pasar yang semakin bersaing, karena banyaknya persaingan dan berbagai produk substitusi
3.Batasan-batasan
yang semakin bertambah dari masyarakat dan Pemerintah. Sebagai contoh,
perlindungan akan keselamatan lingkungan, dan keamanan pemakaian produk
4.Biaya
proses pengembangan produk baru yang sangat mahal; karena untuk dapat
menghasilkan beberapa produk baru, perusahaan harus mengembangkan
sejumlah besar gagasan produk baru. Dan dari sejumlah besar gagasan ini
hanya sedikit yang sukses diperkenalkan ke pasar sebagai produk
5.Tingginya
tingkat kegagalan produk baru dalam pemasarannya, karena ternyata tidak
memenuhi pengharapan konsumen atau tidak dapat memuaskan kebutuhan dan
keinginan konsumen
6.Jangka
waktu kehidupan produk baru yang pendek, karena setelah produk baru
secara komersial sukses, maka dalam waktu singkat banyak perusahaan lain
meniru dan membanjiri pasar dengan produk mereka.
2.5. Quality Function Deployment (QFD)
Quality
Function Deployment (QFD) berkaitan dengan (1) menetapkan apa yang akan
memuaskan pelanggan dan (2) menerjemahkan keinginan pelanggan pada
desain yang ditargetkan. Idenya adalah untuk memahami keinginan
pelanggan dan memperkenalkan solusi proses alternatif. Informasi ini
kemudian dipadukan dalam desain produk yang terus berubah. QFD digunakan
di awal proses desain untuk membantu menetapkan apa yang dapat
memuaskan pelanggan dan kemana penyebaran usaha-usaha berkualitas.
Satu
alat QFD adalah rumah kualitas (house of quality). Rumah kualitas
merupakan teknik grafis untuk menjelaskan hubungan antara keinginan
pelanggan dan produk atau jasa. Hanya dengan menetapkan hubungan ini
seorang manajer operasi dapat membangun produk dan proses dengan
keistimewaan yang diinginkan pelanggan. Penerapan hubungan inilah yang
merupakan langkah awal membangaun sistem produksi tingkat dunia. Untuk
membuat rumah kualitas dilakukan enam langkah dasar :
1. Kenali keinginan pelanggan
2. Kenali bagaimana produk/jasa akan memuaskan keinginan pelanggan
3. Hubungkan keinginan pelanggan dengan bagaimana produk akan dibuat untuk memenuhi keinginan pelanggan tersebut
4. Kenali hubungan antar sejumlah bagaimana pada perusahaan
5. Buat tingkat kepentingan.
6. Evaluasi produk pesaing
2.6. Kemampuan untuk Diproduksi dan Rekayasa Nilai
Kemampuan
untuk Diproduksi dan Rekayasa Nilai (manufacturability and value
engineering) memperhatikan perbaikan desain dan spesifikasi pada tahapan
pengembangan produk mulai dari penelitian, pengembangan, desain, dan
produksi. Selain pengurangan biaya yang nyata dan langsung terlihat,
desain agar barang dapat diproduksi dan rekayasa nilai juga menghasilkan
keuntungan lain. Di antaranya adalah:
1. Mengurangi kompleksitas produk
2. Standardisasi tambahan komponen
3. Perbaikan aspek fungsional produk
4. Memperbaiki desain pekerjaan dan keamanan pekerjaan
5. Memperbaiki kemudahan pemeliharaan produk
6. Desain yang tanggung
Kemampuan
untuk diproduksi dan aktivitas rekayasa nilai mungkin merupakan teknik
terbaik yang ada untuk menghindari biaya pada manajemen operasi. Hal
tersebut dapat menghasilkan peningkatan nilai dengan memusatkan
perhatian untuk mencapai spesifikasi fungsional yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan dengan cara yang optimal. Desai produk
mempengaruhi semua aspek pengeluaran operasional. Karena itu juga,
pengembangan proses perlu memastikan evaluasi desain secara menyeluruh
sebelum berkomitmen untuk memproduksi.
2.7. Permasalahan Desain Produk
Untuk
mengembangkan sebuah sistem dan struktur organisasi yang efektif, telah
ditambahkan beberapa teknik penting untuk merancang suatu produk yaitu:
1. Desain yang Tangguh
2. Desain Modular
3. Computer-Aided Design (CAD)
4. Computer-Aided Manufacturing (CAM)
5. Teknologi Virtual Reality
6. Analisis Nilai
7. Desain yang Ramah Lingkungan
2. 8. Desain Pelayanan
Desain
pelayanan merupakan cara perusahaan untuk memberikan pelayanan yang
terbaik terhadap konsumen. Tujuan dari desain pelayanan adalah
mengurangi tingkat komplain dari konsumen untuk diantisipasi oleh
perusahaan secara maksimal. Cara untuk memaksimalkan pelayanan terhadap
konsumen dapat dilakukan dengan jalan:
1. membuat desain pelayanan
2. membuat desain pelayanan
3. membuat desain pelayanan
2.9. Aplikasi Pohon Keputusan dalam Desain Produk
Pohon
keputusan dipergunakan untuk memutuskan suatu produk baru secara baik,
banyaknya variasi yang dibutuhkan sesuai dengan permasalahan manajemen.
Bentuk pohon keputusan dapat diikuti melalui prosedur berikut:
1.
Mencari alternatif yang memungkinkan dan pernyataan kebiasaan yang
terjadi ke dalam pohon, termasuk pernyataan alternatif dengan ”tidak
melakukan apa-apa”.
2. Setiap hasil akan merupakan cabang dari pohon. Merupakan tempat untuk mengembangkan hasil menjadi penambahan cabang.
3.
Pohon keputusan bertujuan untuk mengetahui pengaruh nilai harapan
(expected value) dari setiap keputusan yang diambil. Selanjutnya, setiap
keputusan uraiannya dimulai dari kanan dari pohon keputusan, sedangkan
titik cabang keputusan dinyatakan dengan “node”
2.10.Transisi Menuju Produksi
Akhirnya,
suatu produk, baik itu berupa barang atau jasa, telah dipilih,
didesain, dan diterapkan. Produk telah berkembang dari sebuah ide
menjadi definisi yang fungsional, dan kemudian mungkin menjadi sebuah
desain. Sekarang, majemen harus membuat keputusan untuk mengembangkan
lebih lanjut dan memproduksi atau menghentikan ide produk.
Saat
keputusan dibuat, biasanya ada satu periode produksi percobaan untuk
memastikan desain benar-benar dapat diproduksi. Ini merupakan uji
kemampuan untuk diproduksi. Percobaan ini juga memberikan staf operasi
kemungkinan untuk mengembangkan peralatan yang sesuai, prosedur
pengendalian kualitas, dan pelatihan karyawan untuk memastikan bahwa
produk dapat dimulai dengan sukses. Pada akhirnya, saat produk dianggap
dapat dipasarkan dan diproduksi, manajemen lini akan melimpahkan
tanggung jawab.
Beberapa perusahaan menunjukkan seorang manajer proyek, sementara yang lainnya menggunakan tim pengembangan produk untuk memastikan transisi dari pengembangan ke produk berjalan dengan sukses. Kedua pendekatan ini memungkinkan rentang yang luas perlunya sumber daya dan potensi sukses untuk memastikan produksi yang memuaskan dari sebuah produk yang masih dalam kondisi berfluktuasi. Pendekatan ketiga adalah perpaduan pengembangan produk dan organisasi manufaktur. Pendekatan ini menjadikan perpindahan sumber daya antara dua organisasi mudah, di saat kebutuhan berubah. Tugas manajer operasi adalah membuat perpindahan dari litbang ke produksi tanpa gejolak atau sehalus mungkin.
0 komentar:
Post a Comment